Pelaku UMKM di Jember Manfaatkan Edamame untuk Bahan Baku Produk
JEMBER, KOMPAS.com - Kedelai edamame belakangan mulai naik daun seiring dengan membesarnya permintaan pasar. Di Indonesia, kedelai jenis ini mulai banyak dikonsumsi oleh konsumen yang memiliki awareness terhadap kesehatan.

Namun demikian, kedelai edamame tak hanya sebatas dikonsumsi oleh kalangan yang sangat mengedepankan kesehatan. Sejumlah pelaku UMKM di Kabupaten Jember pun mulai memanfaatkan kedelai jenis ini sebagai bahan baku produksi.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Nuryanik (36). Pelaku UMKM yang juga pemilik brand Kampung Edamame ini memanfaatkan kedelai tersebut sebagai bahan baku produksi.

Kampung Edamame ini berada di Desa Curah Kates, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

"Saat ini, kami telah memproduksi edamame crispy, pia edamame, rempeyek edamame. Produk-produk tersebut kami buat dengan memanfaatkan edamame sisa produksi dari PT Gading Mas Indonesia Teguh," ujarnya, Jumat (18/11/2022).

Nuryanik menjelaskan, dengan menggunakan edamame, produk-produk yang dibuatnya memiliki rasa yang lebih enak ketimbang menggunakan kedelai biasa.

Hal ini pula yang membedakan produk-produk dari Kampung Edamame dengan produk lain yang ada di pasaran, sehingga banyak konsumen yang kemudian memilih untuk membeli produk buatan Nuryanik.

Untuk mendukung pemasaran, Kampung Edamame telah menggunakan berbagai saluran distribusi, baik yang offline atau melalui toko oleh-oleh maupun secara online.

"Produk kami telah dibeli oleh konsumen di berbagai daerah. Kami juga memasok toko oleh-oleh di Jember," ungkapnya.

Kampung Edamame sendiri merupakan bagian dari program Responsibility Development dari PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) yang merupakan anak usaha PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.

Dalam program ini, GMIT menyediakan bahan baku edamame kepada sejumlah UMKM binaan, termasuk Kampung Edamame. Bahan baku tersebut merupakan edamame sortiran atau edamame yang pecah dan tidak dijual ke pasar. Meski demikian, edamame tersebut memiliki kualitas yang sama dengan yang dijual perseroan.

Khusus untuk Kampung Edamame, UMKM ini menyerap 60 kg edamame per hari. Dari bahan baku tersebut, perseroan bisa mengolah berbagai varian produk dan berhasil membukukan omzet rata-rata Rp 10 juta per bulan.

Pemberdayaan Ekonomi

President Director GMIT Imam Wahyudi menjelaskan bahwa program dengan pelaku UMKM ini merupakan bagian dari strategi pengembangan bisnis perusahaan yang selalu berpatokan pada ESG (enviroment, social, government).

"Ini merupakan upaya kami untuk membantu pengembangan UMKM di Jember. Selain Kampung Edamame, kami juga menggelar program sekolah edamame dengan SMK yang ada di Jember, serta kerja sama dengan perajin tempe dan tahu olahan edamame," ujarnya.

Sementara itu, perseroan juga memberikan berbagai bantuan, seperti halnya mesin pengolah, serta membantu pemasaran dengan menggandeng sejumlah influencer.

Sementara itu, Head of Business Support GMIT, R Hidayat Y menuturkan selain edamame, produk lain yang mulai diperkenalkan kepada UMKM binaan adalah okra.

"Okra ini akan dikembangkan oleh Kampung Edamame sebagai camilan sehat. Seperti edamame, okra yang diolah oleh pelaku UMKM ini juga disuplai dari perseroan," ungkapnya.

Promosikan UMKM Anda dengan beriklan di jaringan Kompas Gramedia lewat Pasangiklan.com. Konsultasikan strategi iklan bisnis Anda bersama tim sales Pasangiklan.com sekarang.

Sumber: KOMPAS.COM